Pendidikan Jasmani adalah mata pelajaran yang diikuti seluruh siswa, yang mempunyai ciri khas sendiri yakni memberikan pengetahuan, keterampilan gerak, peningkatan kebugaran jasmani, sikap-sikap positif melalui pengalaman gerak

Rabu, 08 Agustus 2012

Olimpiade London 2012: Senior dan Junior

Jamaika oh Jamaika. Luar biasa memang talenta yang mereka punya, seperti halnya Brazil yang dikenal sebagai gudang pemain sepak bola. Jamaika mempunyai Usain Bolt yang memecahkan rekor dunia pada lari 100 m dengan catatan waktu yang fantastis, 9.58 detik. Wow! Rata-ratanya nggak sampai 1 detik untuk 10 meter. Walaupun saat menjadi juara di olimpiade kali ini (9.63 detik), dia memang tidak dapat memecahkan rekornya sendiri, tapi coba lihat siapa yang finis dibelakanya. Dialah sang junior. Yohan Blake. Dia menempati urutan kedua (perak) dengan hanya selisih 0.12 detik dibelakang seniornya.
Jamaika memang sering membuat kesulitan negara lain pada satu cabang ini. Tentunya latihan yang berat telah mereka lalui, sama halnya dengan atlet-atlet lari pada umumnya. Semua atlet lari yang berlatih keras bisa senang atau sedih hanya dengan waktu hitungan detik. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil lari 100 meter mereka. Terlambatnya reaksi saat start, posisi khas badan di kurang lebih 60 meter pertama, menjaga langkah agar tetap stabil, determinasi yang kuat, kekuatan mental, sampai kemampuan otot untuk bekerja secara eksplosif (power). Kita bisa melihat jelas perbedaan postur tubuh pelari cepat dengan pelari jarak jauh, yang satu besar dan yang satunya kecil. Sepertinya akan berat jika membawa tubuh yang berat karena otot itu untuk berlari, tetapi memang itulah gunanya karena mereka butuh power yang luar biasa kuat, begitupun dengan lengan mereka.
Jamaika, luar biasa!

Olimpiade 2012: Dua Asia Yang Membanggakan

3 hari yang lalu muncul berita yang menggemparkan dunia dengan munculnya dua negara Asia yang mampu lolos ke semi final Olimpiade London 2012 pada cabang sepak bola (men). Tidak disangka, walaupun akhirnya ditentukan dengan adu tendangan penalti, tetapi Korea Selatan tetap saja patut diacungkan jempol karena lawannya adalah sang tuan rumah dibawah bendera Inggris Raya. Pasukan yang dipimpin Coach Stuart Pearce lagi-lagi kandas melalui adu penalti. Tendangan pemain kelima (terakhir) Inggris Raya tidak mampu membobol gawang Korea Selatan yang hanya berjarak 11 meter ini.
Demikian pun dengan Jepang yang berhasil mengalahkan Mesir dengan skor 3-0. Permainan Jepang yang konsisten sejak game pertama saat mengalahkan Spanyol 1-0 memang terlihat layak untuk maju sampai babak semi final. Permainan disiplin, pintar, bertenaga, dan pantang menyerah membuatnya mendapatkan hasil yang sangat baik.
Kedua negara ini memang memiliki pemain yang suka berjuang saat turun di lapangan. Walaupun sangat disayangkan, mereka akhirnya terhambat di semi final setelah Korea Selatan dikalahkan dengan 3 gol tanpa balas oleh favorit juara Brazil, sementara Jepang dihentikan Mexiko dengan skor 3-1.
Bagamanapun  kekalahan dua tim wakil Asia ini sama sekali tidak menyedihkan. Membuat gebrakan sampai dua tim melaju ke semi final adalah suatu yang membanggakan. Saatnya tim sepak bola di negara Asia mengevaluasi gaya permainan mereka, khususnya Indonesia. Menyontoh pun tidak apa-apa. Liga mereka teratur, menarik, dan tentunya sudah masuk ke dalam industri yang sehat. Pembinaan pemain usia muda (Jepang) sudah dimulai pada anak-anak U-12 (Kompas, Jum'at, 6 Januari 2012, halaman 30), tentunya dengan kerja yang serius dan didukung oleh fasilitas yang mumpuni.
Semoga negara Asia lainnya mampu mengikuti jejak Jepang dan Korea Selatan yang perkembangan dalam segala hal luar biasa pesatnya.

Kamis, 02 Agustus 2012

Olimpiade London 2012: Nilai Olahraga yang Ternoda

Olimpiade sudah 6 hari berlangsung. Sudah banyak berita yang mengejutkan, mulai dari rekor olimpiade baru di cabang renang, terhempasnya Spanyol (yang baru saja buat sejarah dengan kemenangan berturut-turut di Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012) di cabang sepak bola, sampai "permainan" yang ada di cabang bulu tangkis.
Yup,, betuull!!!!! Baru-baru ini BWF mengeluarkan keputusan untuk mendiskualifikasi 8 pemain yang 2 diantaranya adalah pemain ganda putri Indonesia (Greysia Polii dan Meiliana Jauhari) saat bertanding melawan pasangan dari Korea Selatan. Kedua kubu ini mendapat diskualifikasi karena dianggap tidak bermain sungguh-sungguh, meninggalkan semangat kompetisi yang berujung untuk mendapatkan keuntungan, yaitu dengan kekalahan itu akan terhindar dari lawan di game berikut, China.
Aduh... Kalau hanya mendengar sampai disini sungguh rasanya memalukan. Dulu di sepak bola muncul istilah sepak bola gajah karena kedua tim "berebut kekalahan" dengan mencetak gol ke gawang sendiri. Kalau  bulu tangkis apa ya? Mungkin bulu tangkis angsa. Tapi kita perlu melihat lebih mendalam, kenapa mereka melakukan ini. Masing-masing kubu (Indonesia dan Korea Selatan) segera protes setelah wasit yang memimpin pertandingan pada saat itu melayangkan kartu hitam, yang berarti pertandingan diberhentikan dan mendiskualifikasi kedua tim. Kubu Indonesia protes bahwa kenapa China tidak diberikan sanksi yang sama saat China melakukan hal yang sama.
Permasalahan pun berlanjut mengenai sistem pertandingan pada cabang ini yang berubah dari biasanya. Olimpiade London 2012 ini menerapkan sistem grup yang pada akhirnya dapat membuat para pelatih ataupun official tim merencanakan sesuatu, dan hal inilah yang dituduhkan ke China agar mereka mendapatkan peluang All China Final di cabang ini.
Apapun itu, mencederai sportivitas di olahraga memang menyakitkan, terlebih yang melakukan orang-orang yang berkecimpung di dunia olahraga. Bagaimana pun, ini adalah kenyataan yang banyak terjadi di pertandingan-pertandingan olahraga, bukan hanya di bulutangkis, bukan hanya tingkat dunia, tingkat POPDA pun (di Indonesia), kejadian yang tidak jauh beda terjadi.
Kalau mau dicari letak kekurangan agar masalah ini dapat dikurangi bahkan dihilangkan (impian) memang sulit/rumit/njelimet/susah. Yang penting tetap semangat saat berolahraga dan tetap semangat berolahraga.