Pendidikan Jasmani adalah mata pelajaran yang diikuti seluruh siswa, yang mempunyai ciri khas sendiri yakni memberikan pengetahuan, keterampilan gerak, peningkatan kebugaran jasmani, sikap-sikap positif melalui pengalaman gerak

Kamis, 25 April 2013

Terpuruknya Tim Spanyol

Analisis UEFA Champions League 2012-2013

Dua Semi Final Leg 1 UCL kali ini menuai banyak komentar setelah terjadinya hasil yang mengejutkan. Barcelona dan Real Madrid yang merupakan tim-tim kuat dan bereputasi masing-masing dikalahkan dengan telak oleh lawannya. Bayern Munchen yang yang menjamu di Allianz Arena mampu menaklukkan Barcelona dengan skor 4-0 dan  tidak mau kalah, Real Madrid yang dijamu Borussia Dortmund di Signal Iduna Park mampu dikalahkan dengan skor 4-1. Jerman-Spanyol 8-1.
Hasil ini tentunya mengejutkan banyak pecinta sepak bola. Kemenangan dan kekalahan memang hal yang terjadi di sepak bola tetapi skor tersebut tentunya di luar dugaan banyak orang. Barcelona dengan "tiki-taka" dan Real Madrid dengan "Galacticos" tidak mampu menahan gempuran tim-tim Panser Jerman. 
Barcelona, setelah diasuh oleh Pep Guardiola menjadi tim yang ditakuti. Ball Possession yang menjadi gaya permainannya membuat tim lawan susah untuk mengembangkan permainan karena sangat jarang mendapatkan bola. Passing yang akurat dan kontrol bola yang baik ditambah dengan pergerakan tanpa bola para pemain Catalan membuat tim lawan kerepotan. Belum lagi adanya Leo Messi yang punya sentuhan yang luar biasa yang mampu menyulitkan para pemain belakang atau tengah lawan saat menjaganya. Hal-hal tersebut selalu sulit dipecahkan, bahkan pelatih Jose Mourinho yang terkenal mampu meramu strategi dengan baik harus membutuhkan waktu yang banyak untuk mengatasi gaya permainan tim asuhan yang saat itu dipimpin Pep. 
Tetapi kelebihan itu tidak muncul saat mereka bermain melawan Bayern Munchen. Kekalahan postur tubuh menjadi yang pertama. Body charge dan permainan bola atas lebih sering dimenangkan pemain Bayern. Ball possession memang masih dimenangkan oleh Barcelona, tetapi efektivitas passing Bayern-lah pemiliknya. Pasing yang dilakukan Xavi dkk. hanya sebatas ingin "memenangkan" ball possession pada statistik pertandingan. Dibandingkan dengan lawannya, Munchen lebih suka "jalan-jalan". Distance covered pemain Munchen jauh lebih tinggi. Mereka selalu berlari (dinamis) dengan membuat peluang untuk dipasing ketempat-tempat strategis lebih banyak, belum lagi pelari-pelari di kedua sayap sangat rajin. Berbanding terbaik dengan Barcelona. Biasanya banyak sekali cutting kedalam atau dekat kotak penalti dari masing-masing pemain sayap yang tinggal menunggu passing dari duo maut Xavi dan Iniesta, hal itu tidak terjadi, maka tidak ada peluang Barca yang muncul seperti biasanya. Belum lagi Leo Messi yang "dipaksakan" bermain setelah cedera hamstring saat melawan PSG. Mobilitas menjadi faktor kedua kekalahan tim asuhan Tito Vilanova. Walaupun terdapat dua kontroversi gol yang tercipta untuk Bayern setelah Thomas Muller offside dan illegal screening yang dilakukannya terhadap Jordi Alba, kekalahan 4-0 memang sangat menyakitkan.
Bagaimana dengan Real Madrid. Gawang el Real mampu dibobol 4 kali setidaknya karena penampilan buruk pemain bertahan Madrid, jebakan offside yang gagal, lambatnya pergerakan Pepe menutup Lewandowski setidaknya mampu dimanfaatkan Dortmund selain kembali, mobilitas pemain Dortmund yang sangat baik. Beruntung Madrid mendapatkan satu gol hiburan dari CR7 setelah kesalahan Hummels yang tidak jelas (apakah mau mengontrol bola atau back pass ke kiper).
Bagaimanapun, Jerman memang terkenal dengan orang yang sangat disiplin dan pejuang keras dalam melakukan sesuatu, hal ini juga mampu ditunjukkan didalam lapangan hijau. Leg kedua menjadi sangat dinanti, apakah all German Final terjadi di Wembley atau sebaliknya, Barcelona dan Real Madrid mampu membalikkan keadaan.